Timnas jagoan Amerika Selatan ini menjadi tim tetap di turnamen sepakbola paling bergengsi, tapi untuk panggung tahun 2018 yang akan datang di Rusia, mereka mungkin akan membuat kejutan dan tidak hadir.
Akan menjadi aneh, pasti, melihat lapangan tanpa Albiceleste, tapi dengan cara mereka bermain di babak kualifikasi, hal itu mungkin akan terjadi.
Berhubungan dengan pengikut setia Piala Dunia, Argentina sudah lama tampil di ranah ini, bahkan disebut sebagai salah satu tim tantangan, setiap kali event yang ditunggu-tunggu ini berlangsung setiap empat tahun.
Hal yang sering terlihat ini bisa saja hilang kalau Dewa Keberuntungan tidak memberkati tim yang dibangun sekitar kapten andalan mereka, Lionel Messi.
Albiceleste telah beraksi di 16 Piala Dunia, dan meraih pialanya di tahun 1978 dan 1986, selain memegang ranking dua pada tiga kesempatan (1930, 1990, 2014).
Tapi dengan tersisa empat pertandingan lagi di kualifikasi CONMEBOL, Argentina terancam untuk menempati ranking lima setelah kekalahan 2-0 dari Bolivia baru-baru ini.
Sesuai peraturan yang ada, hanya empat timnas teratas yang meraih slot otomatis, dan sekarang, mereka adalah Brazil (33 poin), Kolombia (24), Uruguay dan Chili (23). Brazil merebut slot mereka di Rusia dengan menang 3-0 atas Paraguay.
Dengan memegang 22 poin, Argentina pada akhirnya akan memegang ranking lima, dan mereka harus menang atas satu tim dari Oceania dalam playoff.
Ini waktu yang sulit bagi Argentina, bagi Mess dan bagi pelatih, Edgardo Bauza.
Messi, yang dianggap jantung hati dari timnasnya, sedang menjalani skorsing empat laga FIFA, karena menghina seorang asisten wasit selama kemenangan 1-0 atas Chili, dan skuad mengetahui skorsing itu enam jam saja sebelum mereka melawan Bolivia.
Pemain penyerang Barcelona ini juga akan melewatkan kualifikasi bulan Agustus mendatang, melawan Uruguay dan Venezuela, dan kualifikasi bulan Oktober, melawan Peru, dan baru akan kembali sesudahnya di bulan Oktober, pada pertandingan terakhir dengan bertandang ke Ekuador.
Dan sedihnya, Messi masih belum memenangkan Piala Dunia yang berpamor bagi bangsanya, mungkin satu-satunya kekurangan dari karirnya yang gemilang, tidak seperti Diego Maradona, yang telah menjadi jagoan olahraga bagi bangsanya untuk memimpin timnasnya menuju kejayaan tahun 1986 silam (ingat gol “Hand of God”-nya?) dan Mario Kempes, yang memimpin kejayaan mereka di tahun 1978.
Sampai saat itu, hanya hasil kualifikasi saat ini, ketika Messi tidak akan hadir, yang bisa menjadi penentu nasib Argentina. Mungkin akan terlambat baginya atau dia bisa menjadi penyelamat mereka kalau mereka akan meraih hasil yang positif.
Dan mengenai Bauza, yang mengambil alih dari Tata Martino bulan Agustus lalu, beredar kabar kalau dia bisa dipecat kapan saja, kecuali kalau terjadi perubahan drastis yang memperbaiki nasib bagi timnya yang tengah berjuang.
Dengan mengutip lagu klasiknya, apa kita mendengar rakyat Argentina menangis bagi negaranya saat kualifikasi berakhir?
Atau apa kita akan melihat Messi bangkit kembali untuk merebut kembali kebanggan bangsanya, dan memimpin mereka menuju turnamen tahun depan dengan baik?