Real Madrid meruntuhkan pertahanan kuat Juventus, saat Blancos mengalahkan Bianconeri 4-1 di final Liga Champions, dan memenangkan gelar Eropa kedua berturut-turutnya, dan gelar ketiga dalam empat musim terakhir.
Kehebohan yang beredar adalah bagaimana Madrid akan membobol barisan pertahanan Juventus yang ditakuti, barisan bek yang kebobolan satu gol saja dalam laga-laga sistem gugur sebelum final, barisan bek yang bahkan gagal dibobol Barcelona, yang dipimpin Lionel Messi, dengan dua kaki.
Tapi di final, Madrid hanya memakan waktu sedikit lebih dari sejam untuk mencetak 3 gol melewati Juve, dan memperparah luka kekalahan dengan satu gol lagi di menit ke-90, saat jagoan ibukota Spanyol ini memenangkan gelar Eropa ke-12 dalam sejarah klub.
Tapi apa yang lebih mengerikan daripada Real memenangkan gelar Eropa ke-12 mereka dalam sejarah? Mereka bisa meraih gelar ke-13 tahun depan.
ANAK MUDA, RONALDO
Real Madrid, seperti yang digambarkan pengurus klub dan fans mereka, adalah Galacticos, sekumpulan bintang pemain dengan satu misi: menyirnakan harapan tim kecil, dan mempermalukan klub besar yang mencoba untuk mengalahkan mereka.
Tapi meskipun Galacticos penuh dengan bintang pemain, ada dua kunci untuk kesuksesan Liga Champions mereka, dan tampaknya mereka tidak akan pindah, terutama sesudah satu musim yang sukses, yang artinya Real akan memasuki tahun depan dengan tenang dan solid seperti tahun ini.
Kunci pertamanya, adalah pria ajaib yang tidak menua, Cristiano Ronaldo.
Andalan berusia 32 tahun ini sudah melampaui masa primanya, tapi dia masih merupakan jantung hati Madrid. Dua golnya di final menghidupkan klubnya, dan rekan-rekan timnya mengangkatnya di pundak mereka sebagai tanda hormat yang dia layak dapatkan, menyusul satu lagi musim penuh peraihan piala.
“Angkanya tidak salah,” ujar Ronaldo setelah penampilannya. Dan memang tidak salah. Gelandang sayap biasanya akan menurun sebelum berusia 30 tahun, tapi mantan penyerang Manchester United ini sukses lagi di musim yang penuh gol ini. Dia mencetak 25 gol dalam 29 laga, dan mencetak 12 gol dalam 13 pertandingan Liga Champions.
Meski dengan musim yang sangat memuaskan, Ronaldo masih haus dan sekarang akan mengalihkan perhatiannya ke kualifikasi Piala Dunia Portugal. “Ini musim yang panjang tapi saya termotivasi,” ujar Ronaldo. “Usia saya hanya sekedar angka, saya merasa seperti bocah kecil.”
Jadi, ya, semoga beruntung tahun depan, Juve!
ZIDANE TAKKAN PINDAH
Kebanyakan orang berpikir menang itu gampang, terutama kalau kita memiliki 11 pemain terbaik di dunia. Tapi tidak. Tanya saja ke mereka yang hadir sebelum Zidane. Walaupun ironis untuk bertanya ke Zidane, karena baginya, ini gampang. Malah, itu pertandingan yang ajaib.
Zidane cukup muda untuk memahami cara berpikir, perasaan, dan perlakuan yang diinginkan para pemain generasi ini, dan dia telah berbuat cukup di lapangan untuk menerima hormat para pemain. Dia tidak diuji keras, menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai asisten dan pelatih tim muda sebelum mengambil alih tahun 2016 silam. Setiap pelatih Madrid diberikan bagian dari Ferrari, dan Zidane adalah salah satu dari segelintir yang pernah memberikan latihan, buku manual, dan pernah mengendarai mobil Ferrari di masa mudanya.
Di pertengahan musim ini, dia dikabarkan akan pindah, tapi dengan pencapaiannya, hampir pasti dia tidak akan pindah dan akan menambahkan peraihan piala. Dua piala Liga Champions, satu gelar La Liga, dan satu kejuaraan Piala Dunia Klub, dia akan berkesulitan untuk mengulangi kesuksesan itu di klub lain di dunia.
“Kami tahu akan lebih sulit lagi untuk menang,” tutur Zidane, mengakui tantangannya di masa depan. “Tapi sekarang kami akan bekerja keras sekali untuk menang sekali lagi.”
BERUNTUNG
Hampir tidak adil bahwa tim jagoan seperti Real juga agaknya beruntung.
Mari kita lihat siapa yang akan mereka lawan di musim mendatang:
Rival La Liga, Barcelona, memasuki fase transisi dari Luis Enrique yang keluar, ke pendatang baru, Ernesto Valverde, yang berarti akan ada banyak ketidakpastian dan waktu penyesuaian di Camp Nou.
Rival ibukota, Atletico Madrid, dilarang merekrut pemain dalam bursa transfer ini, yang berarti mereka tidak bisa memakai uang untuk menantang dominasi Real yang menguat.
Juve mungkin berada dalam krisis identitas, karena mereka telah kalah di dua final Liga Champions dalam tiga musim, dan pertahanan mereka yang berkelas dunia telah diterobos Ronaldo dan Real.
Bayern Munchen telah agaknya mandek dalam beberapa tahun terakhir, sementara klub-klub Inggris masih perlu melewati kesulitan untuk bersaing di Eropa. Chelsea mungkin akan kehilangan gelandang, Eden Hazard, ke Real (kemana lagi), Pep Guardiola masih mencari daya tarik dengan Manchester City, Jurgen Klopp masih berkesulitan dengan tidak konsistennya Liverpool, Jose Mourinho mengambang diatas keadaan tidak luar biasa di Manchester United, dan Arsene Wenger, um…, masih pelatih Arsenal dan kabarnya menargetkan finish ranking empat tahun depan, ups, gelar Liga Premier.
Walau Real menikmati kesuksesan yang konsisten, dan masih didukung oleh Florentino Perez yang haus gelar, rival mereka terhalang oleh peraturan, pergantian pelatih, atau oleh, ehem, Wenger.
Memenangkan tiga gelar Liga Champions berturut-turut mungkin terdengar mustahil, tapi dewi keberuntungannya tampaknya berada di pihak Real. Dan untuk tim yang baru menang dua? Apa itu mustahil?