Share this story

Grup HAM desak FIFA untuk bertindak tegas demi memastikan Piala Dunia 2018 bebas dari masalah

Russia-preparations-for-2018-World-Cup

Kematian, pelecehan, dan kasus pekerja tak terbayar menodai persiapan Rusia untuk Piala Dunia 2018.

Laporan oleh Human Rights Watch yang beredar hari Kamis lalu menunjukkan skenarionya, dan menodai usaha negara untuk menampilkan acara sepakbola tanpa masalah.

Laporan 34 halaman HRW dibuat berdasarkan wawancara dengan 42 pekerja di enam lokasi.

Laporan itu menunjukkan diantaranya bahwa pekerja yang membangun stadion untuk ajang tahun depan menderita pelecehan berulang dan tidak dibayar untuk beberapa bulan.

Mengenai korban kematian, total 17 pekerja telah gugur di berbagai situs konstruksi.

Dalam kejadian lainnya, kabarnya beberapa pekerja diharuskan bekerja dalam suhu minus 25 derajat Celcius. Yang lebih parah lagi, mereka melakukan pekerjaan mereka tanpa waktu rehat yang cukup agar mereka bisa menghangatkan diri.

Sementara itu, satu pekerja dari Korea Utara meninggal karena serangan jantung di satu stadion di St. Petersburg, lokasi final Piala Konfederasi tanggal 2 Juli. Lokasi itu juga akan menjadi lokasi pertandingan selama Piala Dunia.
Dalam diskusi belakangan ini dengan The Associated Press, Jane Buchanan, penulis laporan HRW ini berkata: “FIFA pada dasarnya mengharapkan kami akan mempercayai mereka saat mengatakan pekerjaan mereka telah meningkatkan kehidupan para pekerja. Ini seharusnya menjadi FIFA yang diperbarui, keluar dari kerahasiaan dan banyak hal yang ditutup-tutupi.”

Para pekerja yang meninggal dalam kejatuhan, dan kasus satu pekerja dari Korea Utara yang meninggal karena serangan jantung di stadion di St. Petersburg, yang akan menjadi lokasi final Piala Konfederasi tanggal 2 Juli mendatang, juga pertandingan Piala Dunia tahun 2018.

Dan pertandingan antara delapan tim, Piala Konfederasi dimulai tanggal 17 Juni, dan ini umumnya dianggap sebagai tes krusial bagi Rusia atas persiapan dan kesiapan mereka untuk Piala Dunia.

Dalam kasus lainnya, Pimpinan FIFA, Gianni Infantino, mengatakan bahwa badan yang berwenang memiliki “bukti kuat” bahwa para pekerja Korea Utara sedang mengerjakan situs St. Petersburg.

FIFA mengatakan bahwa mereka mengetahui dan sangat mengecam keadaan ketenagakerjaan yang menjijikkan “dimana para pekerja Korea Utara bekerja di berbagai negara di seluruh dunia”.

HRW menyatakan bahwa para petinggi Rusia tidak bertindak untuk menghukum atasan yang menipu pekerja tentang gajinya, termasuk beberapa pekerja asing dengan sedikit perlindungan hukum.

Untuk meringkas keadaan sedihnya, seorang pekerja dari Kyrgystan berkata bahwa para atasan “membayar kapanpun mereka mau, bagaimanapun mereka mau.”

Laporan juga menyatakan bahwa para pekerja yang meminta bayaran penuh kadang dipecat dari pekerjaan mereka oleh para atasan.

Demi menghindari memperparahnya praktek buruk itu, HRW mendesak pemerintah Rusia untuk memberlakukan investigasi yang lebih ketat dan lebih sering atas atasan yang bersalah dan memberikan sanksi terhadap mereka yang tidak menaati peraturan.

Sama halnya, HRW mendesak FIFA untuk angkat bicara atas isu tenaga pekerja dan tentang melaksanakan program inspeksi yang tidak sempurna atas anggotanya. Grup menyatakan bahwa hanya sebagian hasil yang dibagikan ke masyarakat umum.

Sebagai tanggapan, FiFA mengatakan bahwa ada penurunan tajam dalam “jumlah isu” di situs konstruksi. Namun, mereka tidak menyebutkan kurun waktu ataupun jumlah total kejadian.

FIFA juga ditekan untuk melindungi hak pekerja untuk Piala Dunia 2022 di Qatar.

Di negara tuan rumah, pengerjaan konstruksi sebagian besarnya dilakukan oleh pekerja asing yang seringnya memiliki sedikit hak hukum.

HRW berkata ini waktunya bagi FIFA untuk bertindak atas masalah dengan tangan dingin, dan tanpa ditunda.

Masih ada banyak waktu untuk memperbaiki kesalahan yang saat ini mengusik persiapan Rusia.

HRW benar. FIFA harus bekerja sama dengan penyelenggara Rusia dan badan lainnya yang terkait, demi memastikan penyelenggaraan Piala Dunia 2018 yang sukses dan tanpa masalah.