Share this story

Persiapan tidak tanggung saat MU & Ajax bersiap untuk laga final Liga Europa

manchester-united-manager-jose-mourinho

Hampir semuanya dipertaruhkan oleh kedua finalis, saat Manchester United melawan Ajax di Firneds Arena di Solna, Swedia, pada final Liga Europa.

Red Devils mengorbankan kampanye mereka untuk empat besar Liga Premier, demi berkonsentrasi untuk memenangkan piala yang belum ada di rak piala MU yang penuh, dan memenangkan final akan memberikan mereka slot Liga Champions musim depan.

Ajax juga melewati kesulitan mengatur waktu antara kampanye liga domestik dan pengejaran gelar Liga Europa, dan sesudah kehilangan piala Eredivisie, yang direbut Feyenoord, dengan selisih 1 poin saja, mereka akan mengerahkan segalanya untuk mengakhiri musim dengan satu kejuaraan lagi.

YANG SERIUS

MU mengalahkan Crystal Palace 2-0 di hari terakhir papan atas Inggris, walau memainkan lineup yang sangat kurang pengalaman, tapi Jose Mourinho tidak tersenyum sesudah laga, dan tidak menunggu para wartawan untuk memberikannya pertanyaan dalam penampilan media pasca laga, dan berkata “dag, semuanya” sebelum bangkit dan berjalan keluar dari ruang pers.

Mou hampir bisa merasakan tekanan pengurus MU, karena dia lebih berkonsentrasi untuk memenangkan Liga Europa daripada mengejar finish empat besar di liga. Kalau mereka kalah di final ini, mereka akan melewatkan Liga Champions, dan bersamanya dana pensponsoran £50 juta.

Dia telah menyiapkan lineup-nya untuk final ini, tapi beberapa pemain kunci masih diragukan kehadirannya. Dia sudah tanpa bintang penyerang, Zlatan Ibrahimovic, dan bek berpengalaman, Marcus Rojo.

Secara tertulis, klub Old Trafford ini adalah unggulan berat, tapi mereka nyaris tidak mendominasi siapapun dalam perjalanannya di babak final.

Selain kemenangan 4-0 atas Saint Etienne di Babak 32 Besar, mereka berkesulitan mengalahkan tim Rusia, Rostov (agregat 2-1), tim Belgia, Anderlecht (agregat 3-2), dan tim Spanyol, Celta de Vigo (agregat 2-1).

KESEMPATAN

Ajax tidak menang mudah atas tim lawan, menuju final, tapi mereka tim muda yang nyaris diprediksi akan menang, jadi mereka tidak menghadapi tekanan, menurut pelatih, Peter Bosz.

Topscorer tim di Liga Europa adalah Kasper Dolberg, 19, yang meraih 6 gol dalam 12 kali tampil. Pencetak gol terbaik kedua mereka adalah Amin Younes, 23, sedangkan kiper mereka, Andre Onana, baru berusia 21 tahun.

Makanya, walau Bosz dan skuadnya adalah tim Belanda pertama yang bermain di final Eropa sejak tahun 2002, pelatih tidak dibebani tekan.

“Tidak, sebenarnya saya tidak merasa tertekan sama sekali,” tutur Bosz. “Saya melihat banyak kesempatan, bukan tekanan. Semuanya bermimpi untuk bermain di final semacam ini. Jadi, saya tidak merasa tertekan, hanya kesempatan-kesempatan besar.”