Paris St. Germain harus mempersiapkan banyak hal, untuk bangkit kembali dari akhir musim mereka yang begitu mengerikan.
Untuk klub dengan slogan: “Revons plus grand”, yang berarti “bercita-cita setinggi langit”, finish runner-up dibawah tim Monaco yang penuh pemain muda, terhitung sebagai kekecewaan, terutama setelah mereka berkebiasaan meraih Hexagoal (piala Ligue 1) dalam empat musim terakhir.
Mereka juga dirugikan dalam malam bersejarah Liga Champions, saat kegagalan mereka di Camp Nou membuat Barcelona tim pertama, dalam sejarah laga babak sistem gugur Piala Eropa, yang membalikkan kekalahan leg pertama 0-4.
PSG sudah meraih Coupe de la Ligue, dan meraih penghiburan double piala, saat mereka melawan Angers di babak final Coupe di France, tapi mereka perlu bekerja keras musim panas ini, agar kembali dalam jalur mereka selama satu musim yang lalu.
TRANSISI
Kalau dilihat ke belakang, tampaknya kesulitan PSG terlihat jelas, sejak mereka berpisah dengan pelatih, Laurent Blanc, dan pemain terbaik mereka, Zlatan Ibrahimovic, selama musim panas 2016. Walau Blanc bukanlah pelatih papan atas, dan Ibrahimovic sudah melampaui masa primanya, tidak bagus bagi tim manapun untuk kehilangan anggota kunci dan berharap untuk tetap mengejar gelar.
PSG mengangkat Unai Emery sebagai pelatih berikutnya, dengan harapan kesuksesannya di Liga Europa dengan Sevilla bisa dibawa ke PSG dan ambisi Liga Champions klub, tapi dia gagal mengadaptasi sepakbola cepatnya dan terkadang tim kembali ke filsafat Blanc yang dipecat.
Gelandang veteran, Thiago Motta, menyatakan kalau mereka lebih konsisten, mereka bisa saja menantang Monaco dengan lebih baik, dan bisa saja memenangkan Hexagoal kelima beruntunnya.
“Persaingan kejuaraan seimbang, tapi Monaco lebih konsisten daripada kami,” kata gelandang berusia 35 tahun tersebut.
Edinson Cavani mencetak 35 gol terbaik liga, tapi tanpa rekan sekaliber dengan Ibrahimovic, dia gagal memimpin tim untuk menang lebih banyak, dan gelar direbut oleh tim negara kerajaan, yang bermain dengan semangat tinggi, mereka bahkan tampil memukau sampai semifinal Liga Champions.
BERDOA UNTUK MESSI-AS
Para pemilik PSG asal Qatar dikabarkan berniat untuk membawa piala Liga Champions ke ibukota Prancis, dan bersedia menghabiskan uang untuk mencapai tujuannya.
Karena mereka membiarkan Blanc untuk tetap di klub selama tiga tahun, Emery seharusnya tidak dalam masalah besar, tapi dia akan berjuang untuk mempertahankan posisinya mulai musim depan.
Karena para pemilik bersedia menghamburkan uang, dan pelatih mengincar peraihan piala akbar di musim depan, PSG akan menelusuri setiap pasar dan berharap untuk mendapatkan pemain yang bisa mambantu mereka mewujudkan impian mereka.
Tapi karena China sedang memikat tim dengan biaya pembelian yang luar biasa, dan memikat pemain dengan gaji yang lebih luar biasa, PSG memiliki saingan ketat.
Kalau ada yang ditargetkan, satu nama muncul dalam benak Motta.
“Itu mudah: Lionel Messi,” kata Motta saat ditanyakan siapa pemain ideal untuk PSG. “Bayangkan Messi masuk ke Paris St. Germain. Antusiasme yang bisa dibawanya.”
“Maksud saya bukan hanya di lapangan. Saya pernah bermain dengannya. Dia seorang juara. Perbedaannya dengan pemain lain sangat besar. Di luar lapangan, media, itu akan menjadi sesuatu yang hebat. Ini akan memberikan tim dimensi yang lebih besar.”
Merekrut Messi kini adalah impian belaka, karena kabarnya biaya transfernya diatas £200 juta, tapi karena Barca punya Neymar, Luis Suarez, dan satu akademi penuh dengan purwarupa Messi, mungkin keingingan itu tidak mustahil.